hmm.. ya jadi begini.

kemarin siang aku menangis, seharusnya tidak perlu jika aku tidak melihat story watsap kawan SMA ku sebelumnya. eh bukan SMA, tapi MA. Madrasah tempat aku mengukir segala cerita, tempat aku menangis dan tertawa, tempat pelarian karena tidak betah tinggal di asrama, tempat yang menjadi alasanku berangkat jauh lebih pagi dan pulang paling sore dari yang lain. aku selalu berangkat pagi dari asrama, selain karena harus berjalan sejauh 1 km, aku selalu mudah rindu. aku selalu ingin cepat-cepat bertemu teman-teman. dan ketika semua anak pulang tepat pukul 4 sore, aku lebih memilih tinggal sedikit lebih lama. aku suka berada di sana, damai, aku merasa tidak ingin pulang ke asrama. di asrama sangat tidak menyenangkan.

hmm, harusnya itu bukan hal yang penting. yang perlu ku tulis adalah mengapa aku menangis. ya. kawanku dista, dia tidak menceritakan apapun bahwa ia akan berkunjung ke madrasah. ketika aku melihat storynya seketika aku merinding, video berdurasi kurang dari 30 detik itu sukses membuatku mengais-ngais luka lama yang belum sembuh betul. berbagai rasa menyatu dalam merinding, rindu, haru, luka, tangis, dan takut.

aku rindu, itu pasti, itu jelas, dan akan selalu begitu. bagaimana aku bisa lupa? di sanalah perjalananku dimulai, di sanalah alfa yang baru lahir, di sanalah aku menemukan diriku sendiri, di sanalah segala kehidupanku berubah. aku rindu, alfa rindu, bu rinto guru ekonomi, pak robikan guru diniyah, pak shol kepala madrasah yang baik dan ramah, cak shohib penjaga sekolah yang selalu ada untukku berkeluh kesah karena rindu rumah. aku selalu rindu ya Allah.. rinduku tak pernah habis.

aku haru, melihat almamater yang menjadi saksi bisu perjalananku kini masih berdiri kokoh bahkan lebih kuat dari yang aku bayangkan. gedung yang kecil panjang, kini telah menjadi gedung yang besar ya meskipun tidak sebesar DU2, tetangga kita.

aku luka, maafkan aku yang jahat ini. aku masih menyimpan rasa sakit akan dulu. sakit dan tangis saat tiba-tiba pihak madrasah memarahiku didepan semua peserta ujian, dikiranya aku menjawab soal ujian entah dengan pulpen atau pensil tidak berstandar. itu bukan aku. itu temanku, kenapa aku yang kena? kalian tau rasanya dimarahi, dipermalukan didepan semua anak, mengubah pendangan semua orang tentangku hanya dalam beberapa menit saja. sorakan dan teriakan menyalahkan masih mampu aku rasakan walau sudah 3 tahun berselang. sakit rasanya. madrasah yang aku cintai amat sangat justru menimpalku dengan tuduhan tanpa bukti itu.


aku takut, ya. rasa takut yang hingga saat ini masih terus mengekor di pikiranku. kalian pasti tau betul, aku belum mampu menebus ijasah MA ku. ijasah pondok, ijasah semuanya. semuanya masih tertinggal disana. itulah yang jadi alasan mengapa aku belum berani datang kesana lagi. setiap tahun mendapat undangan untuk hadir sebagai alumni, aku tidak sanggup.

dista datang kesana untuk mengambil ijasah UAMBN nya. ya, sekarang dia sudah punya seluruh ijasah. aku satupun belum punya. jangankan punya, melihat saja belum pernah. aku sama sekali tidak tau bagaimana wujud bukti belajarku selama 3 tahun. aku ingin menangis, kenapa aku tidak seberuntung teman-teman, tidak seberuntung saudaraku yang bahkan sampai lulus kuliah pun dia sudah bisa punya ijasah. inilah yang menjadi ketakutanku beberapa bulan ini, aku akan lulus tahun depan. apakah sampai nanti bergelar sarjana aku masih belum bisa melihat ijsahku? kenapa Allah harus menempatkanku di sekolah yang sekiranya aku tidak mampu? aku rindu ijasahku, aku ingin melihatnya, aku ingin seperti yang lain. ya meskipun ijasah bukan syarat yang penting di akhirat nanti. tapi bukankah melamar pekerjaan harus dengan ijasah? aku harus bagaimana?

dista bilang, "ayo bun, ndang ambil punya sampyan. nanti aku ikut, aku kerasan ndek MAU"
dan aku hanya menjawab, "iya dis, doakan aja ya"
aaah! aku menangis. payah sekali aku. aku membalas pesan itu dengan emoticon tertawa tapi aku menangis. munafik sekali aku ini!
ya Allah kapan adek bisa nebus ijasah? sudah tiga tahun.

beberapa bulan ini aku sering menangis, galau, bingung bagaimana dengan ijasahku? bagaimana bila ijasah MA diperlukan untuk syarat skripsi? apakah aku tidak bisa ikut ujian skripsi? apa aku tidak akan lulus sarjana? aku sedang menghina-Mu Tuhan, maaf. aku percaya pada-Mu, aku meyakini agamaku, kenapaaku harus takut. Allah lebih besar dari segala-galanya, Allah maha memilik langit dan bumi, Allah maha kaya, lalu kenapa aku harus takut? aku yakin aku bisa, dalam hatiku meyakinkan.

dan kemarin keyakinanku goyah. aku takut.

Comments