aku tidak peduli seberapa sering kau membuka semua kekuaranganku, bu.
tentang aku yang masih belum bisa mengendarai motor sendiri. aku bukan takut, aku hanya punya sudut pandang lain yang tak bisa kujelaskan.

aku selalu iri pada apa yang kau berikan pada saudaraku.
tapipun aku bersyukur kau juga menyayangiku saat aku sedang sakit. bahkan disaat aku sakit pun kau masih memintaku untuk mencuci pakaian yang menggunung.

sejauh ini memang aku belum pernah membuatmu bahagia bu, maaf.
tapi bu, puisiku berhasil terpilih diterbitkan bersama puisi seorang sastrawan terkenal eyang sapardi. aku seneng sekali, tapi aku tak pernah berani membag bahagia ini. bukan aku pelit, aku hanya takut. sejauh yang aku tau, kau tak pernah mendukung apapun minatku. segalanya kau yang menentukan. aku diberi pilihan tapi ketika memilih justri dibatasi.

aku tidak punya cukup keberanian untuk jujur akan diriku sendiri. aku hanya berani jujur jika melalui tulisan saja.
dan ya, ketika aku menceritakan prestasi ini. maaf aku menyebutnya prestasi, karena memang ini impianku. tapi justru bagimu ini hal biasa. tidak tampak raut wajah senang darimu. semua tampak biasa saja bagimu, seperti hanya iklan televisi yang muncul beberapa menit saja, setelah itu kau lupa.

inilah alasanku mengapa aku enggan menceritakan apapun tentang diriku padamu. kau seperti tak pernah mendukungku. bahkan saat aku mengikuti lomba stand up komedi pun aku tak berani berkata jujur bu, aku hanya bilang bahwa aku mengikuti lomba maharah kalam dari kampus. itu saja. tentang aku yang bisa masuk final pun aku tak berani jujur. aku takut kau tak mendukungku.


suatu siang kita duduk bersama, kau bilang 
"fa ngga pengen kerja kyak mbak-mbak itu? kerja di koperasi. kyaknya enak, ringan", katamu sambil menunjuk 2 gadis berjilbab sedang sibuk menulis nota
"lihat besok ajalah bu," kataku sedikit acuh, maaf

maaf bukan seperti itu bu, tapi aku punya passion sendiri. aku punya minat sendiri. aku ingin menjadi penulis, aku ingin menjadi bagian dari NET TV , aku juga ingin jadi komika perempuan pertama di bojonegoro.
tolong pahami aku sekali saja. kau tak pernah mendengarkanku. maaf bila aku memaksa.




dan maaf karena aku telah tidak jujur

Comments