hari ini masih tersisa kekesalanku yang kemarin. mataku masih sedikit terasa panas, efek menangis terlalu lama. pagi ini seakan semua hal adalah salah bagiku, segalanya terasa sangat tidak menyenangkan. tapi aku berusaha bersikap biasa.
08.05
ada tamu datang, tetangga rt sebelah. ibu2 dengan pakaian sederhana menggendong anaknya yang masih balita sambil membawa tas. ukurannya bisa dikatakan besar untuk hanya membawa beras. iya, didalam tas itu ada beras. sedang asik berbicara dengan ibuku. aku bisa menebak, pasti dia ingin memberikan apa yang ia bawa kepadaku. tidak, bukan aku. lebih tepatnya ibuku.
biar kujelaskan, ibu2 yang ada disini adalah anaknya yang kedua selalu belajar padaku tiap sore. dia gadis kecil yang pintar, menurutku. entah mengapa setiap orang memandang sebelah mata padanya. ibunya memberiku kepercayaan untuk mengajarinya pelajaran sekolah. tapi hai, aku bukan guru. bahkan gadis ini lebih pintar dr aku, aku banyak belajar dari anak ini dan teman2nya. ya meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa bakat setiap anak berbeda. tapi setidaknya aku juga belajar bagaimana memahami anak2.
----
dia, anaknya. adalah seorang gadis yang pendiam sekali. dia tidak berani berbicara pada banyak orang, dia kehilangan rasa percaya diri untuk hanya sekedar bertanya pada guru. teman2nya lebih sering mengejeknya karena mengganggap dia bodoh. bukankah itu hal yang menyedihkan? maka itu aku berusaha kembali mengajaknya bicara face to face . memahami pelan2 karakter gadis pendiam ini.
dia duduk dibangku kelas 5 SD. sekolah dasar dimana aku juga pernah melewatkan 6 tahun disana. tapi sekarang, guru2 senior yang dulu mengajariku keburu purna. tersisa guru2 muda yang masih minim pengalaman. ditambah belajar dengan sistem kurikulum yang me-robot-kan siswa. siswi kelas 5 SD yang bahkan belum mampu menghafal perkalian dengan baik. sesekali dia salah mengapikasikan perkalian yang dia hitung dengan penjumlahan. bagaimana? siswa kelas 5 yang tidak bisa menghitung sekedar 5x3 ? dihitung yang harusnya 15 menjadi 8. butuh kesabaran extra untuk memahamkan dia bahwa perkalian dan penjumlahan adalah berbeda.
setelah beberapa melakukan pendekatan face to face akhirnya gadis ini mulai membuka diri. dia mulai berbicara tanpa dimulai, berani bertanya apa yang tak ia pahami,dia mulai bisa belajar tanpa kudampingi. alhamdulillah kemajuan meskipun hanya sekian persen.
---
dilihat dr kacamataku, mungkin ini alasan ibunya datang kerumahku memberi se-tas beras. dia bilang dia baru saja panen. dan sebagai ibu rumah tangga tentu saja ibuku menganggap ini hanya skedar tetangga yang ingin berbagi sebagian rejeki saja~
aku risih dibuatnya, masalahnya apa yang sudah aku lakukan? ku tidak melakukan hal2 yang berarti apapun sehingga perlu diberi2 seperti ini. anak gadisnya adalah anak yang pintar, ia hanya butuh teman belajar saja. dia butuh didampingi untuk proses belajar, dan kini dia sudah jauh lebih baik dr awal aku mengenalnya dulu. tp ini bukan hal yang pantas untuk diberi imbalan macam ini. huft.. dan ini kali kesekian ia memberiku. aku merasa malu.
09.23
datang lagi tamu. ibu2 lagi. ibu2 yang anaknya juga belajar padaku tiap sore. ingin kuceritakan lebih banyak. tp mendadak aku dapat telfon, besok kulanjut deh ya :)
Comments